SE(K)OLAH

print this page
send email
Selamat siang, hari ini kami pulang pagi sayangnya paginya pukul 11.00, mungkin karena biasanya pulang sekolahnya pukul 13.25 mangkanya waktu pulang pukul 11.00 kita menyebutnya pagi.  Eh, bukan kita tapi gue dan teman-teman gue. Pulang pagi itu gak enak, serius ! Kenapa? Keenakan gurunya kasihan muridnya, apalagi gue udah kelas XII udah gak lama lagi umurnya di sekolah. Sebenernya, para guru pasti tidak tega jika harus memberi pengumuman kepada murid tercintanya untuk belajar di rumah. Dan bagi kami tentunya ini kabar buruk, pengumuman layaknya kabar duka karena kami harus rela meninggalkan sekolah sebelum waktunya dan dengan terpaksa kami harus melanjutkan belajar di rumah (“harus” ya, catet).

Sekolah itu tempat favorite ke-dua gue setelah rumah. Kenapa? Karena dua-duanya adalah tempat ternyaman gue. Terlebih lagi di sekolah, gue bisa bercanda tertawa lepas sepuas gue (kalau gak ada guru), keluarga gue amat banyak.. menghias angkasaa... ehh maksudnya keluarga gue amat banyak di sekolah. Gue punya orang tua dan teman yang lebih dari sepuluh. 

Guru kami di sekolah sangatlah disiplin, mereka datang di kelas selalu tepat waktu, menjelaskan materi maupun praktikum hingga kami benar-benar paham, mereka juga mematikan ponselnya saat mengajar. Guru kami di sekolah sangatlah sabar, mereka tak lelah mendidik kami, tak lelah menjelaskan kembali materi-materi yang sulit kami pahami, mereka juga tak lelah menasehati kami atas kesalahan yang sama yang kami lakukan berulang kali. Guru kami di sekolah sangatlah baik, mereka membebaskan kami bertanya, menjawab, berpendapat, berkreasi dan mengekspresikan diri kami sekreatif mungkin. Guru kami  di sekolah sangatlah adil, mereka memberi nilai sesuai kemampuan kami, sesuai usaha kami, sesuai apa yang kami kerjakan. Tidak peduli siapa kami, tidak peduli siapa kedua orang tua kami, tidak peduli kami dari keluarga berada (kalangan atas, berdarah biru) maupun dari keluarga tak mampu (kalangan bawah, berdarah merah muda). Hehe..

Guru kami melakukan hal-hal yang positif, baik dan benar agar kami menirunya. Ya, kurang lebih seperti itu! Karena menurut istilah orang jawa guru itu “digugu lan ditiru”. Digugu yang artinya dapat dipercaya, diikuti dan dijadikan rujukan dan ditiruartinya dapat dijadikan contoh atau menjadi panutan

Banyak cinta dan persahabatan di sekolah. Banyak hal-hal yang indah dan menyenangkan di sekolah. Kami selalu disiplin, tertib, rapi, bertanggung jawab, terdidik, dan lain-lain. Tidak ada bangku, tembok, atau yang lain yang kami corat-coret kecuali kertas. Tidak ada kertas, plastik, bungkus makanan atau yang lain yang kami buang sembarang tempat kecuali pada tempat sampah. Tidak ada pakaian kusut, sepatu kotor, kaos kaki pendek, atribut tidak lengkap, rambut acak-acakan, kuku panjang, dan lain-lain. Masih banyak lagi yang sebenarnya ingin gue ceritain tentang kehidupan di sekolah gue, ceritanya masih panjang tapi takutnya *some text missing* (sebagian teks hilang) kalau gue ceritain semuannya. Hehee..

Nahh, tentunya kalian juga merasakan hal yang sama kan? Berpendapat hal yang sama dengan saya kan? Tentunya sekolah itu juga tempat favorite kalian kan? Tentunya suasana  sekolah kalian juga kurang lebih seperti itu kan? Mungkin jauh lebih indah! IYA kan?  Iya tentu, tentu sebagian besar dari kalian menjawab “TIDAK”. Jika kalian menjawab “Tidak” itu artinya kalian jujur, karena memang semua yang gue ceritain itu adalah sebuah “kebohongan”. Kebohongan yang belum ada apa-apanya karena masih buanyak lagi kebohongan-kebohongan lain di sekolah yang mungkin bakal jadi novel kalau gue ceritain. Hahahaa.. Kehidupan di sekolah adalah kebalikan dari yang gue ceritain, sebagian kecil benar, kecil sekali, memerlukan mikroskop untuk melihatnya hehe..

Sekolah bukan tempat favorit gue apalagi tempat ternyaman gue. Karena sekolah adalah tempat yang banyak mengajarkan gue tentang dosa. Iya dosa, banyak kebohongan, omong kosong dan sebagainya. Sekolah adalah tempat pertama kali gue mengerti tentang dunia maya, tentang internet yang banyak sekali menyuguhkan manfaat dan maksiat. Di sekolah, nama kami dipanggil seenaknya, dipanggil nama binatang maupun nama orang tua kami juga sudah biasa. Memang banyak cinta dan persahabatan di sekolah, namun dua-duanya tidak jarang berakhir dengan kebohongan, omong kosong dan pengkhianatan.

Dan tentang guru gue..
Kami diharuskan datang tepat waktu  dan jika terlambat guru tatib (tata tertib) akan menghukum kami, tetapi guru yang datang terlambat di sekolah bahkan terlambat datang di kelas untuk mengajar, tidak ada hukuman. Banyak guru kami yang menjelaskan materi layaknya bicara dengan dirinya sendiri yang hanya ia yang mengerti, sama sekali tidak kami pahami. Tahun 2013 sekolah kami membuat tata tertib baru yaitu tidak boleh membawa handphone di sekolah dengan maksut dan tujuan demi kebaikan kami (katanya), salah satunya agar siswa-siswi lebih fokus saat guru menerangkan materi, tidak asik dengan ponselnya, tetapi tidak jarang saat guru menerangkan materi, mereka mengangkat telepon, membaca pesan singkat entah dari siapa kok terkadang mereka senyum-senyum seperti anak muda yang kasmaran padahal sudah berkeluarga.
Guru kami membebaskan kami bertanya, itu memang benar. Tetapi, tidak semua guru menjawab pertanyaan kami.
“Loh, kan sudah saya jelaskan barusan. Kamu tidak memperhatikan ya?”.
“Materi ini sudah diajarkan dari SMP, sekarang sudah SMA masa masih gak bisa. Gak pernah belajar ya?”.
“Yowis engkok dibrowsing materine, pegel rek njelasno.” (Ya, nanti coba kamu browsing materinya. Saya capek menjelaskan!.
Itulah jawaban dari pertanyaan kami. Namun, tidak semua guru seperti itu. Alhamdulillah, entah bagaimana jadinya jika semua guru seperti itu, setiap pertanyaan dijawab dengan pertanyaan atau lainnya -_-

Dan sebenarnya, pulang pagi adalah harapan yang selalu terselip di benak gue, mungkin benak kami. Miris ya kelas XII? Sering pulang pagi, rutin jam kosong dan kami pastinya (tanpa kecuali mungkin) menghabiskan waktu kosong untuk membicarakan atau melakukan hal-hal yang amat kagak penting. Miris memang, menyedihkan memang. Tapi kami senang, senang sekali dengan keadaan yang seperti ini. Di sekolah siswa lebih banyak membuang waktu berharga setiap detiknya untuk nongkrong di kamar mandi, ke kantin, main sepak bola, main gitar, nonton film/video, ngegame, mereka biasa melakukan itu semua “kapan pun” di sekolah entah saat jam pelajaran, jam kosong maupun jam istirahat. Dan untuk siswinya nih, kami (karena gue cewek) lebih banyak membuang waktu berharga setiap detiknya untuk ngerumpi, ngegosip, ngomongin orang lain (eh sama saja ya hehe). Kami (perempuan) juga sering bolak-balik ke kamar mandi maupun kantin. Ke kantin? Kamar mandi? itu semua kami lakukan bareng-bareng, rame-rame. Orang Indonesia banget memang kalau berurusan sama masalah perut, makanan. Herannya yang ke kamar mandinya itu loh, gak pernah mandiri. Selalu rame-rame, minimal gak sendiri kalau ke kamar mandi. Heran !

Kami banyak melakukan aktivitas yang gak penting itu bukan dalam alam bawah sadar, melainkan dalam keadaan 100% sadar. Maksudnya kami sadar sebentar lagi kami akan  berjuang menghadapi ujian tapi masih aja males-malesan padahal kami murid paling tua yang seharusnya sebagai contoh. Ya mungkin kami lebih senang diingat sebagai contoh yang tidak baik. Oh tidak tidak ! kami pasti ingin diingat atas prestasi kami di sekolah minimal kami diingat sebagai kakak kelas yang baik, rajin sholat, sopan, gemar menabung, wangi, sering mandi dan gosok gigi. 

Ya, itulah alasannya gue kasih judul SE(K)OLAH, yang ada huruf K-nya tapi di dalam kurung yang tanpa gue jelasin lo pasti sudah melihatnya. “Seolah sekolah” itulah yang sebenernya gue maksud. Kami rela bangun pagi dan berangkat ke sekolah, seolah benar-benar anak sekolahan yang kerjaanya tidak ada yang lain selain belajar dan kegiatan lainnya yang mengandung unsur pembelajaran. Namun, fakta kehidupan yang ada di sekolah berkebalikan dari yang gue harapkan, yang kami harapkan dan yang kedua orang tua kami harapkan. Tetapi, setidaknya kedua orang tua menyekolahkan itu minimal kami bisa baca, bisa nulis dan hafal pancasila kalo emang sekolahnya itu terpaksanya pakek banget. Dan buat lo (pemalas) yang terpaksa sekolah nih, setidaknya setiap paginya lo mandi. Hehe..

Sekolah bukan tempat terbaik bagi kami, tapi juga bukan tempat terburuk bagi kami. Kami lebih sering bermalas-malasan di sekolah, lebih sering bermain di sekolah, lebih sering menonton video di sekolah. Lebih asik dengan ponsel kami, dengan bbm, facebook, twitter, instagram dan lainnya. Seolah sekolah! Seolah (di sekolah) kami benar-benar belajar!


By : Putri Dwi