Tentang Rinduku

print this page
send email
Selamat malam Awan,
Kamu sedang apa malam ini? Kalau aku, aku sedang di dalam kamar, sedang duduk di atas ranjang tempat tidur, bersandar di tembok, di depan laptop sambil jariku mengetik apa yang sedang aku rasakan malam ini. Apa yang aku rasakan malam ini? Ternyata, aku sedang merasakan rindu, aku sedang merindukanmu.

Aku merindukanmu malam ini. Mungkin bukan hanya malam ini, mungkin bukan hanya malam hari, mungkin setiap hari, mungkin aku merindukanmu setiap hari. Tetapi kali ini aku benar merindukanmu, sepertinya angin yang membawa kerinduan ini, angin menusukkannya tepat di dalam relung hatiku. Hingga rindu itu benar ku rasa, sesak! Lebih sesak lagi karena entah bagaimana aku menceritakannya kepadamu, tentang rinduku. Entah bagaimana lagi aku mengungkapkannya kepadamu, tentang rinduku. Kata yang seperti apa yang akan aku katakan kepadamu tentang rinduku, Awan? Tentang rinduku malam ini? Apa kamu tidak bosan mendengarkanku? Tentang rinduku? Tentang rinduku setiap malam? Atau bahkan setiap hari? Ah, biar angin saja yang menyampaikan rinduku. Aku takut kamu bosan mendengarkanku, tentang rinduku.

Memang aku bisa memandang awan kapanpun, dari dekat bahkan aku bisa memeluknya. Namun, aku tidak merasakan hangatnya pelukan kali ini. Iya, karena memang aku hanya bisa memandang dan memeluk ponselku yang terpampang jelas wajah awan. Haha.. kenapa? Aneh ya? Gila ya? Tidak jelas ya? Iya, memang ini aneh sekali, gila dan tidak jelas. Tapi memang hanya itu yang bisa aku lakukan untuk sementara ini. Aku tidak bisa melampiaskan rinduku untuk sementara ini. Aku hanya bisa memandang wajah Awan yang ada di ponselku ketika aku sedang merindukannya. Kasihan ya? Menyedihkan ya? Tentu tidak, karena rinduku adalah hal yang wajar, wajar karena kita jarang bertemu. Lagian ya kenapa kasihan? Kan aku lagi sedang merindukan orang yang tentunya juga merindukan aku. Nah, memang Awan juga merindukan aku? Iyalah, tentunya. Tentunya itu masih harapan ku. Haha..

“Kenapa kalian tidak bertemu saja? Biar rindumu terobati? Kenapa? Apa awan tidak mau bertemu denganmu? Apa awan tidak merindukanmu?.”

“Bukan, bukan seperti itu. Dan Awan tidak seperti itu. Ini memang faktor kesengajaan.”

“Kesengajaan? Kesengajaan untuk tidak bertemu?.”

“Iya, kami sengaja untuk tidak bertemu kali ini. Karena aku harus menyelesaikan program studiku. Aku harus menyelesaikan urusanku dengan masa putih abu-abuku yang sudah tidak lama lagi. Mungkin kurang beberapa minggu aku sudah harus berjuang menghadapi Ujian Nasional dan tentunya kurang beberapa bulan lagi masa putih abu-abuku selesai. Kurang sebentar lagi statusku sebagai pelajar berubah menjadi Mahasiswi (Aamiin). Awan mengerti tentang ini, bahkan ia yang selalu menyelipkan tentang UNAS disela rencana kita tentang hang out. Itulah sebabnya kenapa kita tidak bertemu sementara ini, Awan menyuruhku untuk fokus dengan Ujian-ujian sekolahku, ia juga tidak bosan memberiku semangat. Dan sekarang, untuk sementara ini. Biarkan aku menikmati rinduku kali ini bersama dinginnya angin, tanpa Awan. Sampai akhirnya angin juga yang membawaku bertemu dengan Awan."


By : Putri Dwi