Kepada Hujan

print this page
send email
Hujan..
Andai aku bisa berbincang dengan mu, aku ingin merayu mu agar kau mau pergi untuk saat itu saja. Pergi meninggalkan aku dan dia, membiarkan kami, tanpa mu. Tapi aku tidak bisa berbincang dengan mu, aku tidak bisa merayu mu. Kau pun tidak pergi saat itu, kau memilih menemani kami. Kau menyaksikan kami berteduh, berdiri berdua kedinginan, sedikit mengobrol dan banyak menyaksikan mobil dan motor yang berlalu lalang.

Hujan..
Aku benar-benar telah menuyuruhmu pergi saat itu, tapi kau tidak mendengarkanku. Sungguh aku telah berteriak menyuruhmu pergi tapi kau semakin menyergapku, menyergap kami. Sepertinya kau tidak mendengar teriakanku, teriakanku yang menyuruh mu pergi. Apa aku harus berbisik pelan baru kau mendengar? Apa aku harus berbisik lembut baru kau mengerti? Apa memang kau tidak bisa mendengar? Apa memang kau tidak bisa mengerti? Aku tak yakin! Tapi memang sepertinya tidak ada yang mendengarkan ku, mendengar teriakan ku. 

Hujan..
Kau benar-benar tetap memilih untuk menemani kami saat itu bukan dengan suara yang gemercik lagi, tapi entah suara yang seperti apa namanya, suara yang terdengar berisik di telinga ku. Ditambah lagi suara teman mu, suara petir dan cahayanya yang mengagetkan ku. Aku sangat takut dengan petir, aku takut dengan suaranya, aku takut dengan cahayanya. Karena selalu mengagetkan ku, selalu membuat debar di jantung ku, 2 detak perdetiknya. Suara mu, angin dan petir yang beradu dengan suara mobil dan motor semakin terdengar keras, jelas dan tak karuan di telingaku. Rasanya aku ingin pulang dan berlindung dibawah selimut hangat di tempat tidur ku. Tapi, aku tersadar bahwa masih ada Awan disampingku. Haha..

Hujan..
Aku bingung, aku tidak tau siapa yang salah, siapa yang harus aku salahkan. Kau tidak salah dan tidak akan pernah salah. Karena kau tidak bisa mendengar, kau tidak bisa mengerti. Tapi hujan, aku ingin bersamanya, hanya berdua bersamanya, tanpa kau. Kenapa? Sedikit berlebihan ya? Tapi memang aku tidak mengharap kehadiran mu saat aku bersamanya, kecuali kau datang di saat kami di dalam ruangan yang hangat, duduk bersebelahan di atas sofa hangat, mengobrol asik dengan secangkir kopi atau segelas susu dan sebagainya. Bukan saat kami di jalan atau dimanapun di tempat yang dingin, duduk membelakangi di atas motor atau dimana pun, tak mengobrol dan sebagainya.

Hujan..
Tapi aku tidak akan marah, tidak akan memaki mu, tidak akan menyalahkan mu. Karena memang kau tidak bisa disalahkan. Mungkin aku akan berterima kasih kepadamu hujan, kau memberiku hal kecil yang belum pernah aku alami. Terima kasih telah hadir dan menemaniku bersama Awan. Terima kasih untuk suasana dingin yang kau hadirkan diantara aku dan Awan. Sekarang setiap kedatanganmu, aku selalu mengingat hal kecil ini, aku jadi mengingat Awan di setiap kehadiranmu. Terima kasih hujan.

By : Putri Dwi